- Jangan buat sinetron semata-mata karena uang.
- Jangan buat sinetron untuk mengikuti trend.
- Jangan buat sinetron kalau nggak punya bakat.
- ... lebih baik jangan buat sinetron sama sekali.
- Kecuali kalau ada approval dari penulis.
- Atau bakat Anda nyata dan benar-benar ada.
- Karena sinetron yang asal jadi cuma buang-buang waktu, uang, merusak moral, mengurangi jam tidur, dan waktu belajar anak...
- Kalau benar-benar terpaksa harus membuat sinetron (siapa tahu Bos besar mana yang menyuruh), harus ingat pilih pemain yang berkualitas.
- Jangan asal pilih yang blasteran.
- Jangan asal pilih yang Chinese.
- Jangan asal pilih yang Javanese.
- Jangan pilih pemain yang belum lancar berbahasa Indonesia.
- Yang paling penting, jangan pilih pemain yang nggak bisa akting.
- Dengan alasan dangkal “Dia sesuai dengan perannya”.
- Karena alasan sebenarnya mengikuti pasar kan?
- Karena aktris tersebut sedang tenar dan kasusnya dibesar-besarkan media massa?
- Padahal sudah jelas dia nggak bisa akting.
- Kita tahu kalau Dude Herlino dan Naysila Mirdad selalu sukses menarik penonton.
- Tapi tiga sinetron aja harusnya sudah cukup…
- Baiklah.. rating yang berkuasa…
- Kenapa sih mau menuruti rating yang nggak jelas dari mana perhitungannya?
- Atau cuma lihat tampang cakepnya?
- Yang sesuai dengan standar kecantikan: rambut panjang (untuk cewek), kulit putih, dan bertubuh bagus nan langsing.
- … ayolah, masak orang Jakarta di-cast jadi orang Jawa/Sunda/Bali dengan logat yang terlalu dipaksakan.
- Kecuali kalau sebenarnya dia anak orang kaya yang terbuang.
- … yang bener aja? Apa nggak ada ide lain?
- Tambahan lagi soal logat, lebih baik tanpa aksen sama sekali daripada (terkesan) menjelek-jelekkan bahasa daerah.
- Casting yang bener dong!
- Repot? kembali ke nomor empat (lebih baik jangan buat sinetron sama sekali)
- Jangan memaksakan kejar tayang.
- Jangan bikin sinetron panjang-panjang.
- Jangan memaksakan untuk melanjutkan sinetron yang sukses dengan seri-seri berikutnya.
- Bayangkan siksaan buat sang penulis skenario kalau hal itu berlanjut…
- Juga buat para pemain serta kru lain yang memberikan hasil seadanya.
- Bisa-bisa hasil jadi lebih buruk dari seharusnya.. ewww.
- Dapat menimbulkan ketergantungan, membahayakan kesehatan mental dan kondisi moral generasi muda.
- Jangan jadikan ‘kejar tayang’ sebagai alasan penurunan kualitas sinetron.
- Lihat no 30.
- Jangan pakai efek khusus yang terlihat konyol dan menyedihkan =_=
- Jangan buat penampakan makhluk-makhluk ajaib.
- Atau buat sinetron yang nggak perlu efek khusus.
- Atau… kembali ke no 4.
- Jangan pakai sulih suara.
- Kalau kebanyakan dana, mendingan aktornya dikasih pelatihan akting dulu deh.
- Pemain figuran pun perlu dikasih panduan akting!
- Lihat no 28.
- Pilih pemain sesuai usianya, jangan jadikan nona cantik punya anak sudah remaja.
- Hanya karena karena si aktris sudah nggak laku lagi -_-;
- Walaupun dia main di sekuel sinetronnya (lihat no 32).
- Jangan terlalu sering memasukkan adegan monolog.
- Walaupun adegan itu yang paling gampang dibuat (makanya.. lihat no 30).
- ...karena bosan melihatnya.
- Akting pemain kita jelek, dan tampangnya nggak secakep itu sampai perlu di-close-up beribu kali.
- Satu gambar bisa mengungkapkan sejuta kata.
- Pernah dengar ‘body language’?
- Jadi nggak perlu kebanyakan dialog.
- ...kalau ada setting, sutradara, kameraman, dan aktor yang bagus.
- Penonton Indonesia itu cerdas kok!
- Penulis yakin mereka bisa mengerti walaupun nggak terlalu banyak detail yang dijelaskan.
- Jangan bikin cerita cinta bersegi banyak yang terlalu mengada-ada…
- Masih banyak topik lain lho selain ‘cinta’.
- Bukan, dongeng dan fantasi yang dangkal tidak termasuk dalam topik yang direkomendasikan.
- Demikian juga dengan tema supranatural…
- Bagaimana kalau bikin cerita tentang korupsi,
- Atau kehidupan profesi tertentu?
- Tapi tolong dengan amat sangat, riset dulu sebelum shooting.
- Kalau nggak ada ide yang lebih bagus, kembali ke peraturan no 4
- Pakai BGM yang agak variatif.
- Tanpa suara jedar-jeder memekakkan telinga.
- ...tapi jangan pakai lagu orang lain tanpa izin.
- Lanjutkan saja pakai lagu yang lagi hits seperti selama ini.
- ... simbiosis mutualisme dengan penyanyinya.
- Penonton senang, kritikus bosan…
- Kritikus? Siapa?
- Para kritikus sudah bosan mengkritik karena tidak ada yang mendengarkan.
- Jangan kebanyakan adegan ‘terdiam’ kalau melihat sesatu yang mengejutkan.
- Sama saja dengan jarak antar adegan yang terlalu lama dan hanya diisi dengan suara *jreng…..*
- Buang-buang waktu saja..
- Oh fine, ‘kejar tayang’ (kembali ke no 30)
- Itulah sebabnya si tokoh utama sering mendapat masalah.
- Karena lamban (lihat atas), karena terlalu baik, atau karena terlalu banyak orang jahat di sekitarnya.
- Mungkin juga karena terlalu sial, atau terlalu beruntung.
- Atau cuma karena cantik…
- Jadi ada beberapa cowok super kaya yang mengejarnya.
- Tapi entah kenapa dia tertarik pada cowok yang paling tak mungkin diraih.
- … terlalu pasrah pada nasib.
- Pasrah waktu dijodohkan.
- Pasrah waktu dianiaya.
- Pasrah nggak sama dengan sabar lho!
- Apa mereka nggak pernah kerja keras?
- Maksudnya bukan kerja banting tulang jualan kue di jalan…
- Terus dia terlibat kecelakaan dan ditolong oleh cowok yang menabraknya?
- Yang penulis maksud, apa dia nggak pernah berusaha dengan kemampuannnya sendiri untuk mencapai apa yang dia mau tanpa tergantung orang lain?
- Persaingan dan perebutan (bisnis/cowok/cewek/warisan) sebenarnya bisa dilakukan dengan sehat.
- Ingat dong kalau nggak ada orang yang pure angel.
- Nggak ada juga yang pure evil.
- ... tapi kalau si antagonis berubah jadi baik dengan tiba-tiba juga nggak wajar.
- Apa? Dia kecelakaan lantas berubah jadi baik?
- Jangan dibuat seperti itu dong.
- Meskipun ada deadline penayangan (sinetron Ramadhan?).
- Atau disengaja supaya bisa dibikin season selanjutnya (lihat no 32)
- Jangan mengeksploitasi anak kecil.
- Oke, kalau bukan mengeksploitasi namanya apa?
- Aji mumpung?
- Jangan pakai adegan kekerasan.
- Tampar, jambak, pukul, tendang…
- Apalagi pada perempuan.
- Apalagi dilakukan oleh sesama perempuan.
- Ingat, ditonton anak kecil.
- Rating guide? Siapa sih yang memperhatikan rating guide?
- Jangan pakai makian-makian.
- Lihat atas.
- Jangan teriak-teriak.
- Jangan overacting.
- Terutama untuk peran antagonis…
- Tokoh antagonis nggak harus teriak-teriak dan mengerutkan alis.
- Nggak pernah nonton The Godfather atau Silence of The Lamb?
- Jangan pakai makeup atau kostum yang berlebihan.
- Ibu-ibu yang baru bangun tidur dan masih pakai piyama tapi rambutnya tertata rapi dan bermakeup lengkap?
- Ibu yang berumah gubuk dan berpakaian daster masih bisa ke salon?
- Siswi SMA pakai rok mini tanpa aturan seragam yang baku?
- Baju dikeluarkan dari celana?
- Nyupir mobil mewah ke sekolah?
- Nggak ada yang naik angkutan umum?
- Nggak semua SMA seperti itu…
- Anak sekolahan perlu belajar.
- Bukan hangout keluyuran di mal/diskotik terus.
- Mana adegan mereka belajar di kelas?
- Belajar dengan guru yang kredibel?
- Membuat acara komedi boleh saja sih, tapi masak semua tokoh di sekolah konyol?
- Dan semua guru killer?
- Bikin setting yang konsisten dong.
- Masak cerita kerajaan zaman dulu, tapi tokoh-tokohnya naik kendaraan mobil mewah atau Harley Davidson.
- Kalau mau daur ulang cerita dongeng, ceritakanlah dengan baik.
- Biar anak Indonesia bisa mengambil nilai moralnya.
- Jangan merendahkan wanita.
- Nggak semua ibu rumah tangga itu bodoh.
- Nggak semua ibu tiri itu jahat.
- Nggak semua nenek/kakek/mertua itu galak.
- Nggak semua pembantu itu suka bergosip.
- Jangan bikin stereotype!
- Semua yang badannya besar jangan dijadikan tukang makan terus.
- Semua anak orang kaya yang pernah sekolah di luar negeri ngomongnya jangan pakai bahasa Inggris terus (apalagi ditambahin logat yang dibuat-buat).
- Nggak semua orang Jawa berlogat Jawa kental, polos, halus, dan penurut.
- Ngomong-ngomong, kok semuanya tentang orang Jawa?
- Apa nggak bisa bikin film tentang orang Banjar atau Maluku?
- Jangan memberi ilusi kalau semua orang di ibukota sukses, kaya, dan cantik.
- Tambah banyak deh pengangguran yang berurbanisasi ke Jakarta…
- Jangan mengambil ide dari film luar.
- Jangan mengambil ide dari drama Jepang/Korea/Cina/Taiwan/negara manapun itu.
- Nope, telenovela pun nggak boleh diplagiat.
- Jangan mengambil ide dari komik.
- Mentang-mentang yang diplagiat adalah komik/drama/film lama….
- .. lantas mengaku kalau ‘Segala kesamaan adalah kebetulan semata’.
- …
- Penulis muntah-muntah di belakang karena terpaksa menonton 2 episode penuh sinetron #$%% demi daftar ini.
- Penulis menyerah, mulai google untuk mencari referensi yang bisa dibaca, daripada kembali ke no 156?
- Jadi, baca link di bawah!
05 December 2009
150+ Hal yang Harus Diingat oleh Pembuat Sinetron
Subscribe to:
Posts (Atom)