Volume kali ini benar2 mengena ^^ Mungkin karena nggak ada adegan pertandingan yang terlalu bertele-tele ya :D Saya jadi semangat untuk mengomentarinya secara total.
Spoiler Alert untuk satu volume ini ^^ Jangan baca kalau nggak suka spoiler ya!
Saya anggap semua sudah membaca Touch dari vol 1-20 ^^
v
v
v
Bab pertama dibuka dengan adegan Minami yang bermain kembang api sendirian di halaman rumahnya. Ayahnya datang dan mengatakan kalau ia bersyukur Minami tidak kesepian karena ada Kacchan dan Tacchan. Hal yang ia bicarakan selanjutnya lebih mengejutkan, "Minami menyukai Tacchan?"
Ternyata beliau sudah menyadari benih cinta segitiga yang (pernah) tumbuh diantara anak-anak itu ('O') Beliau juga bisa menebak dengan jelas kalau Tacchan menahan diri karena ia merasa tidak pantas bersaing dengan Kacchan OTL
Selanjutnya *ganti setting ke sekolah, di mana Klub Baseball sedang merayakan kemenangan mereka hari itu*
"Pelatih, mau main kembang api?"
Kyaaa.. mereka sudah nggak takut lagi pada pelatih yang sok galak xDDD
Pelatih marah dan mengusir mereka, tapi di tengah malam, ketika semuanya sudah tidur ada kembang api besar yang menyala \^O^/
Yang melihat kembang api itu hanya Tacchan yang masih ber-rendezvous dengan Kazuya dalam ingatannya...
Bab kedua, dalam latihan sebelum pertandingan Pelatih melempar sewaktu Tacchan menjadi batternya. Lemparannya nggak main-main lho!
"Kalau kena kepala bisa mati ya!"
Walaupun begitu, Tacchan melepas helmnya untuk menghadapi pelatih. sekali, dua kali, tiga kali.. setelah lemparan kesepuluh, pandangan mata Pelatih mulai kabur...kalau ia meleset...
"Kalau kena kepala bisa mati ya!"
*Tsk!*
*DuaG!*
Ia melempar ke arah tanah.
"Semuanya bersiap!"
^^A;;
Pelatih.. kau masih punya hati....
Di tempat lain, Minami mulai nggak konsen pada latihan senam ritmiknya.
Di klub tinju, Harada memerintahkan anggota klubnya untuk lari sampai stadion baseball (wow, Harada itu kapten? Baru tahu saya)
Minami pergi ke mound (tempat Pitcher melempar) dan mengingat Kazuya yang berlatih keras.. [ada banyak sekali kenangan Kazuya yang muncul di volume ini ._.]
sementara Tatsuya bersantai-santai.. sepertinya Minami membayangkan skenario lain kalau Adachi tidak membunuh.. eh, kalau Kazuya tidak mengalami kecelakaan...
Mungkin ia berpikir kalau sekarang ia bahagia bisa dekat dengan Tatsuya, tapi merasa sedikit bersalah karena senang dengan ketidakberadaan Kazuya .. Apa karena Tatsuya semakin mirip dengan Kazuya, jadi Minami merindukan Tacchan yang dulu?
[Akh, saya jadi serius begini >_<]
ini dibuktikan (mungkin) dengan obrolan Minami dan Harada di stadion. Kata Minami, ia berkomunikasi tanpa kata dengan Tacchan karena ia sudah tidak tahu apa yang bisa dikatakan untuk Tacchan yang sekarang..
Di pertandingan babak penyisihan, Meisei bertemu dengan tim yang mengalahkan tim Nishimura (sekedar mengingatkan, mereka menang hanya karena keberuntungan >_<; malang nian nasib Nishimura karena di hari pertandingan neneknya meninggal)
Pelatih memberi ancaman pada Tatsuya, kalau dia kebobolan lebih dari 3 HIT, ia akan diganti dengan anggota lain (yang dipilih dengan suit). Kedengarannya kejam? Coba dengar kata si Guru Pembimbing (entah siapa namanya),
"Aku mengerti! Maksud tersembunyi Pelatih [untuk menyiapkan mental pemain menghadapi STM SUMI]! Tapi kenapa 3 kali HIT? Kenapa nggak sekalian saja 1 HIT diganti? Mungkin itu karena rasa sayang Anda sebagai pelatih ya."
"..."
*menahan tawa karena Pelatih sepertinya sangat tertohok*
Mengakulah pelatih! Anda memang masih punya hati kan XDDD
Di tempat lain...
"Sudah waktunya, Kazuya."
Ibu Uesugi menempatkan foto Kazuya di depan TV agar mereka bisa menonton Tacchan bertanding.
[TV menunjukkan pertandingan sudah berjalan 4 inning]
"..." [terj: kenapa telat?]
*melihat dan membandingkan jam dinding di dapur dengan jam di meja yang ternyata terlambat 30 menit*
*membungkuk meminta maaf pada Kazuya*
Sementara itu Nishimura ditunjukkan sedang berjalan-jalan dnegan manajer yang juga teman masa kecilnya. Manisnya ^__^
Omong-omong, pertandingan itu selesai dengan keunggulan mutlak Meisei. Salah satu pemain Meisei yang mencetak homerun adalah pemain tidak unggulan yang tampaknya diturunkan si pelatih untuk memperlemah timnya, tapi si pemain yang sangat gembira setelah mencetak homerun pertamanya sangat berterima kasih pada pelatih karena 'telah mempercayainya dan memberinya nasehat yang berguna' |D
Tacchan berhasil mencetak No-Hit No-Run pada pertandingan itu, sebagai hasil dari ambisi pribadinya... Kalau saya nggak salah tangkap, Tacchan ingin menunjukkan (pada siapa??) prestasinya secepat dan semegah mungkin..
Jadi, sekali pertandingan lagi, dan mereka akan sampai ke Koshien...
Komentar dikit dari ibu Uesugi: "Kazuya, No-Hit No-Run itu apa ya?"
Seseorang~tolong beri penjelasan! XDD
Setelah pertandingan, Minami dan Harada yang kembali ke Cafe menemukan orang tua Uesugi dan Ayah Minami merayakan kemenangan Meisei. [Setidaknya, akhirnya mereka peduli pada Tacchan ^^;]
Minami mengeluh karena ia tidak bisa menemui Tacchan karena dia sudah jadi populer, sementara Harada yang diberi bir memprotes Tatsuya, "Kalau lolos ke Koshien, pergilah sebagai Tatsuya Uesugi! Jangan jadi Kazuya Uesugi sekarang!"
Harada, saya sangat setuju denganmu! Tak diragukan lagi, dia salah satu tokoh yang paling peka di Touch!
Kembali ke Klub baseball, mereka yang sedang bersantai menikmati kemenangannya dibentak oleh pelatih dan diperintahkan untuk latihan menangkap bola di ground. Bukannya protes, para anggota klub malah berterima kasih karena pelatih [yang tampaknya letih] mau melatih mereka ^__^
Pelatih yang sedikit kesal mencegat Tacchan dan menyuruhnya untuk tidak mempercayai orang, Tacchan menantangnya karena (selain ia menyukai baseball) Pelatih mereka yang lama telah kembali.. atau begitulah yang disangkanya....
Pak Nishio rupanya percaya kalau ia selalu tertimpa sial setiap kali berhadapan dengan (pelatih) Tim Sumi. di tahun-tahun sebelumnya ia tak pernah menang, di tahun lalu...mereka kehilangan Kazuya.... Kali ini, tidak mau kejadian yang sama terulang lagi, ia mempercayakan timnya pada 'Eijiro' Kashiwaba...
Hari hujan.. [memberi kesan.. sunyi? hening?]
Minami teringat kejadian ketika mereka masih kanak-kanak. Kedua anak kembar ingin membeli mainan yang sama di toko, sayangnya, mainan yang mereka inginkan sudah habis, tinggal satu yang tersisa. Pemilik Toko mau menjualnya pada Tacchan, tapi Tacchan menolak karena "Nggak mau kalau bukan dua"
;____;
imutnya Tacchan......
Next, halaman 156..
Moyuru Hono muncul!!! Atau bukan dia? Pokoknya itu tokoh yang sangat mirip dengan Hono dari Comic Bomber XDD
Ia memberi pengumuman yang mengatakan pertandingan ditunda karena hujan.
Catcher menyampaikan padanya "tadi ada telepon dari Asosiasi Komikus lho"
XDD
Hono lantas berlalu dengan cepat
LOL
Di bab terakhir.. sakit kepala Pelatih kambuh sehingga ia menjatuhkan sebuah gelas.. pecahannya melukai kakinya.
"Pelatih?!"
"Jangan masuk!"
kalau tidak diteriaki, tentunya si Catcher [oh, namanya Matsudaira!] akan menginjak pecahan gelas itu juga....
Anggota klub yang lain mencemaskan keadaannya, tapi mereka semua juga diusir oleh Pelatih (yang sudah dirawat oleh dokter sekolah). Mereka beralasan tidak tahu harus berbuat apa saking tegangnya.
Pelatih memerintahkan "bersihkan WC!" dan mereka menerima perintah itu dengan sangat gembira ^_^
Pelatih, Anda sangat dicintai lho!
Lantas di mana Tacchan saat itu?
Di hari yang sama tahun lalu... peristiwa itu lho ;__;
jadi Tacchan menengok kuburan Kazuya.. dimana ia bertemu Minami...
21 October 2009
01 October 2009
International Day of Non-Violence
Hari Tanpa Kekerasan akan diperingati setiap tanggal 2 Oktober berdasarkan kelahiran Mahatma Gandhi, salah satu pioner gerakan anti-kekerasan.
Saya yang berniat menjadi peace-maker mau berbagi sedikit ilmu mengenai budaya perdamaian di sini. Sebenarnya tanggal 21 September lalu ditetapkan sebagai Hari Perdamaian Internasional dan Hari Gencatan Senjata Internasional oleh PBB dan rencananya entri ini (entri daur-ulang, sebenarnya :p) diterbitkan pada hari itu, tapi apa boleh buat, di kampung halaman (kalau Balikpapan bisa disebut kampung) nggak ada akses koneksi internet dengan PC.
Apa itu Perdamaian?
Perdamaian sendiri memiliki definisi yang sangat luas, tergantung pada pengalaman dan pribadi masing-masing individu. Definisi perdamaian yang dipakai untuk studi perdamaian saat ini banyak diambil dari definisi Galtung (1950), yaitu mengenai perdamaian positif.
Menurut Galtung, perdamaian yang banyak dipahami sebagai keadaan tanpa peperangan (atau kekerasan langsung) merupakan perdamaian negatif. Perdamaian positif baru tercapai tidak hanya dengan ketiadaan perang, tetapi juga tidak adanya kekerasan tak langsung dan konflik lain.
Definisi perdamaian lain adalah kondisi di mana kebutuhan dasar manusia terpenuhi (kebutuhan seperti kebebasan, keamanan, identitas, dan kesejahteraan)
Non-Kekerasan?
Kekerasan tak langsung adalah bahaya sesungguhnya yang dapat mengancam perdamaian karena kekerasan ini lebih sulit dikenali daripada kekerasan langsung (seperti pemukulan atau penganiayaan fisik). Bentuk-bentuk kekerasan tak langsung seringkali kita jumpai di masyarakat tetapi belum tentu kita mengkategorikannya sebagai kekerasan.
Contohnya:
Jadi, apakah kalian sudah cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa lingkungan kalian sudah bebas dari kekerasan?
Berikut quote dari mbak dk, dosen di kampus (tentunya saya belum terlalu berpengalaman untuk membuat komentar seperti ini)
What Should I Do?
Saya mendapat beberapa cara untuk memasyarakatkan budaya damai ^^', yang seluruhnya dimulai dari DIRI SENDIRI
IMHO:
1. Jaga lingkunganmu, kebersihan dan kenyamanan adalah sebagian daripada kedamaian ^_^
Beri perhatian pada golongan yang biasanya terpinggirkan seperti anak jalanan atau para difabel...
2. Jika menemui kekerasan yang berlatar belakang adat istiadat, sebisa mungkin kita memberi penjelasan pada korban (dan atau pelaku) untuk merubah budaya tersebut. Jika kesulitan untuk melakukannya sendirian, lebih baik meminta bantuan pihak lain seperti LSM atau pihak berwajib.
3. Jangan memperkenalkan budaya kekerasan pada anak di bawah umur, misalnya cegah adik kecilmu menonton anime yang banyak mengandung adegan kekerasan atau film action berlabel D / R. Kartun Tom and Jerry, One Piece, Naruto, dan Bleach masuk dalam kategori ini. (Jadi, letakkan 'manga berbahaya' di rak buku yang paling atas kalau ada anak kecil di rumahmu...) Sebisa mungkin lakukan pendampingan pada saat anak kecil menonton tv atau membaca buku.
4. Dengan mengelola keragaman, sehingga kita dapat meminimalisir diskriminasi, sekaligus menghindari konflik yang berdasar identitas, misalnya dengan merubah stereotip dan prasangka terhadap identitas (etnis/agama/ras/bangsa) lain- ingat, tak kenal maka tak sayang; dan dengan mengembangkan pertemanan yang tak memandang SARA (sounds easy but it's hard to do... )
5. Jangan selesaikan kekerasan dengan kekerasan! Percayalah kalau selalu ada jalan negosiasi untuk segala sesuatu. Kata Mahatma Gandhi, "An eye for an eye makes the whole world blind."
peace, love, and comics! \m/
Saya yang berniat menjadi peace-maker mau berbagi sedikit ilmu mengenai budaya perdamaian di sini. Sebenarnya tanggal 21 September lalu ditetapkan sebagai Hari Perdamaian Internasional dan Hari Gencatan Senjata Internasional oleh PBB dan rencananya entri ini (entri daur-ulang, sebenarnya :p) diterbitkan pada hari itu, tapi apa boleh buat, di kampung halaman (kalau Balikpapan bisa disebut kampung) nggak ada akses koneksi internet dengan PC.
Apa itu Perdamaian?
Perdamaian sendiri memiliki definisi yang sangat luas, tergantung pada pengalaman dan pribadi masing-masing individu. Definisi perdamaian yang dipakai untuk studi perdamaian saat ini banyak diambil dari definisi Galtung (1950), yaitu mengenai perdamaian positif.
Menurut Galtung, perdamaian yang banyak dipahami sebagai keadaan tanpa peperangan (atau kekerasan langsung) merupakan perdamaian negatif. Perdamaian positif baru tercapai tidak hanya dengan ketiadaan perang, tetapi juga tidak adanya kekerasan tak langsung dan konflik lain.
Definisi perdamaian lain adalah kondisi di mana kebutuhan dasar manusia terpenuhi (kebutuhan seperti kebebasan, keamanan, identitas, dan kesejahteraan)
Non-Kekerasan?
Kekerasan tak langsung adalah bahaya sesungguhnya yang dapat mengancam perdamaian karena kekerasan ini lebih sulit dikenali daripada kekerasan langsung (seperti pemukulan atau penganiayaan fisik). Bentuk-bentuk kekerasan tak langsung seringkali kita jumpai di masyarakat tetapi belum tentu kita mengkategorikannya sebagai kekerasan.
Contohnya:
- Melarang ibu bekerja sebagai wanita karir
- Pelajaran bahasa Jawa di sekolah–sekolah Jawa, walaupun muridnya dari luar Jawa
- Melarang anak laki-laki bermain boneka/anak perempuan bermain mobil-mobilan
- Memaksa anak perempuan memakai rok/ baju warna pink
- Menempatkan PRT sebagai "budak" tanpa mempedulikan haknya
- Menyampaikan joke yang rasis, atau diam/ikut tertawa mendengarnya
- Pemberian cap PKI pada tersangka terlibat komunis
- Pembatasan lowongan pekerjaan pada syarat-syarat tertentu, misalnya: pengalaman kerja, keadaan fisik tertentu (Jadi ingat dengan UU Perfilman yang mewajibkan semua masyarakat perfilman memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan job-desknya?)
- Birokrasi pemerintah yang mempersulit keturunan Cina
- Biaya pendidikan mahal, tak terjangkau kaum miskin
- Korupsi/ penyalahgunaan jabatan
Jadi, apakah kalian sudah cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa lingkungan kalian sudah bebas dari kekerasan?
Berikut quote dari mbak dk, dosen di kampus (tentunya saya belum terlalu berpengalaman untuk membuat komentar seperti ini)
"Banyak yang percaya bahwa kekerasan itu relatif, tergantung konteks (dan pelakunya). Saya punya dua komentar untuk pernyataan ini. Pertama, statement di atas cenderung membuat orang malas berpikir. Kedua, (karena kemalasan berpikir itu?) banyak sekali fenomena di sekitar kita yang berada di wilayah abu-abu, tidak jelas statusnya kekerasan atau bukan. Nah, di ruang abu-abu inilah kekerasan (baik yang bersifat langsung, struktural, maupun kultural) disemai. Ketidaktegasan itulah yang meng-encourage pelaku untuk melestarikan kekerasan yang dilakukannya. Maukah Anda menjadi rubber stamp bagi keberlangsungan kekerasan?
Mana yang lebih kekerasan: melakukan (act of commission) atau membiarkan (act of omission) kekerasan? Menyampaikan joke yang rasis, atau diam/ikut tertawa mendengarnya, tanpa memprotes? Memukuli maling yang tertangkap basah, atau membiarkan sistem tersebut berlangsung di kampung Anda? Korupsi, atau tidak secara aktif menghambat lubang-lubang korupsi? Jangan lupa, budaya ’diam’, ’tidak mau ikut campur’, dan ’cari aman’ adalah penopang dari sikap dan perilaku kekerasan.
Sensitif terhadap kekerasan, dalam arti mengenali bentuknya, sangat penting. Tetapi, yang jauh lebih penting adalah tidak permisif terhadap segala bentuk kekerasan: tidak melakukannya, pun tidak membiarkannya. "
Mana yang lebih kekerasan: melakukan (act of commission) atau membiarkan (act of omission) kekerasan? Menyampaikan joke yang rasis, atau diam/ikut tertawa mendengarnya, tanpa memprotes? Memukuli maling yang tertangkap basah, atau membiarkan sistem tersebut berlangsung di kampung Anda? Korupsi, atau tidak secara aktif menghambat lubang-lubang korupsi? Jangan lupa, budaya ’diam’, ’tidak mau ikut campur’, dan ’cari aman’ adalah penopang dari sikap dan perilaku kekerasan.
Sensitif terhadap kekerasan, dalam arti mengenali bentuknya, sangat penting. Tetapi, yang jauh lebih penting adalah tidak permisif terhadap segala bentuk kekerasan: tidak melakukannya, pun tidak membiarkannya. "
What Should I Do?
Saya mendapat beberapa cara untuk memasyarakatkan budaya damai ^^', yang seluruhnya dimulai dari DIRI SENDIRI
IMHO:
1. Jaga lingkunganmu, kebersihan dan kenyamanan adalah sebagian daripada kedamaian ^_^
Beri perhatian pada golongan yang biasanya terpinggirkan seperti anak jalanan atau para difabel...
2. Jika menemui kekerasan yang berlatar belakang adat istiadat, sebisa mungkin kita memberi penjelasan pada korban (dan atau pelaku) untuk merubah budaya tersebut. Jika kesulitan untuk melakukannya sendirian, lebih baik meminta bantuan pihak lain seperti LSM atau pihak berwajib.
3. Jangan memperkenalkan budaya kekerasan pada anak di bawah umur, misalnya cegah adik kecilmu menonton anime yang banyak mengandung adegan kekerasan atau film action berlabel D / R. Kartun Tom and Jerry, One Piece, Naruto, dan Bleach masuk dalam kategori ini. (Jadi, letakkan 'manga berbahaya' di rak buku yang paling atas kalau ada anak kecil di rumahmu...) Sebisa mungkin lakukan pendampingan pada saat anak kecil menonton tv atau membaca buku.
4. Dengan mengelola keragaman, sehingga kita dapat meminimalisir diskriminasi, sekaligus menghindari konflik yang berdasar identitas, misalnya dengan merubah stereotip dan prasangka terhadap identitas (etnis/agama/ras/bangsa) lain- ingat, tak kenal maka tak sayang; dan dengan mengembangkan pertemanan yang tak memandang SARA (sounds easy but it's hard to do... )
5. Jangan selesaikan kekerasan dengan kekerasan! Percayalah kalau selalu ada jalan negosiasi untuk segala sesuatu. Kata Mahatma Gandhi, "An eye for an eye makes the whole world blind."
peace, love, and comics! \m/
Subscribe to:
Posts (Atom)